
Tulisan Felix RubamaMahasiswa S2 Pendidikan Geografi Pascasarjana UNG
INDO24JAM.ID, Gorontalo – Dalam dunia pendidikan, metode pengajaran terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan siswa. Salah satu tantangan terbesar dalam pembelajaran geografi adalah bagaimana menyajikan materi agar relevan dan kontekstual bagi siswa.
Selama ini, buku teks menjadi sumber utama dalam pembelajaran geografi. Namun, pendekatan ini sering kali kurang mampu menggambarkan secara nyata kondisi geografis dan kebencanaan yang dialami oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, muncul inovasi baru dalam dunia pendidikan geografi, yakni pengembangan modul ajar berbasis kearifan lokal.
Penelitian Felix Rubama: Mengembangkan Modul Berbasis Kearifan Lokal
Felix Rubama, mahasiswa S2 Pendidikan Geografi Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo (UNG), melakukan penelitian yang bertujuan mengembangkan modul ajar berbasis kearifan lokal dalam mitigasi bencana. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Sunarty S Eraku, M.Pd dan Dr. Eng. Sri Maryati, S.Si.
Penelitian ini merupakan implementasi dari visi keilmuan Program Studi Pendidikan Geografi UNG, yaitu mengkaji dan mengembangkan keilmuan pendidikan geografi yang berbasis pendekatan geospasial dan kawasan.
Dengan pendekatan ini, penelitian Felix Rubama berfokus pada pemanfaatan kearifan lokal Gorontalo dalam meningkatkan kesadaran mitigasi bencana melalui pembelajaran geografi yang lebih kontekstual dan aplikatif.
Mengapa Modul Ajar Berbasis Kearifan Lokal?
Kearifan lokal merupakan warisan budaya yang telah teruji dalam menghadapi berbagai tantangan lingkungan, termasuk bencana alam. Sayangnya, sebagian besar metode pembelajaran di sekolah masih berfokus pada teori umum yang tidak selalu relevan dengan kondisi di suatu daerah tertentu. Dengan mengadopsi modul berbasis kearifan lokal, siswa dapat memahami bagaimana masyarakat di sekitarnya mengelola lingkungan dan menghadapi bencana berdasarkan pengalaman nyata.
Di Gorontalo, misalnya, modul ajar berbasis kearifan lokal dikembangkan untuk mengajarkan mitigasi bencana. Modul ini menggabungkan strategi lokal dalam menghadapi ancaman seperti gempa bumi, banjir, dan kekeringan.
Beberapa contoh kearifan lokal yang digunakan dalam pembelajaran antara lain ritual Payango, tradisi gotong royong Huyula, dan sistem pertanian berdasarkan ramalan Panggoba. Tradisi-tradisi ini tidak hanya memperkaya wawasan siswa, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana masyarakat setempat telah lama beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Hasil Penelitian: Efektivitas Modul Berbasis Kearifan Lokal
Penelitian yang dilakukan Felix Rubama menunjukkan bahwa penggunaan modul ajar berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran geografi mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang mitigasi bencana. Hasil validasi modul menunjukkan tingkat kelayakan sebesar 75% pada aspek media (layak) dan 94% pada aspek materi (sangat layak). Selain itu, uji coba terhadap siswa menghasilkan respon positif sebesar 96,8%, menandakan bahwa modul ini sangat baik dalam mendukung pembelajaran.
Dari segi efektivitas, 85% siswa yang menggunakan modul ini berhasil mencapai nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal ini menunjukkan bahwa metode berbasis kearifan lokal tidak hanya menarik, tetapi juga meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Keunggulan Modul Berbasis Kearifan Lokal
Kontekstual dan Mudah DipahamiModul ini menggunakan contoh nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga lebih mudah dipahami dibandingkan dengan buku teks yang sering kali terlalu umum.Menanamkan Nilai-Nilai BudayaPembelajaran berbasis kearifan lokal tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan rasa cinta terhadap daerah asal siswa.Meningkatkan Kesadaran Mitigasi BencanaSiswa diajak untuk memahami bahwa mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga bagian dari kehidupan sosial masyarakat.Mendukung Pembelajaran MandiriModul ajar memungkinkan siswa untuk belajar secara lebih mandiri, dengan struktur yang sistematis dan mudah diikuti.Tantangan dan Peluang
Meskipun modul berbasis kearifan lokal memiliki banyak keunggulan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan sumber daya dalam pengembangan modul, baik dari segi tenaga pengajar yang memahami konsep kearifan lokal, maupun bahan ajar yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
Namun, dengan meningkatnya perhatian terhadap pendidikan berbasis budaya dan lingkungan, peluang untuk mengembangkan modul serupa di berbagai daerah lain sangat terbuka. Pendekatan ini dapat menjadi model bagi sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dalam mengajarkan geografi dan mitigasi bencana secara lebih kontekstual dan efektif.
Kesimpulan
Peralihan dari buku teks ke modul ajar berbasis kearifan lokal merupakan revolusi dalam pembelajaran geografi. Metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa, tetapi juga memperkuat kesadaran mereka terhadap lingkungan dan kebencanaan.
Penelitian Felix Rubama menegaskan bahwa pendekatan ini dapat menjadi model dalam pengembangan pendidikan geografi berbasis geospasial dan kawasan, sesuai dengan visi keilmuan Program Studi Pendidikan Geografi UNG. Dengan terus mengembangkan dan mengadaptasi pendekatan ini, kita dapat menciptakan generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan lingkungan di masa depan. (*).